Sang pencipta Linux, Linus Torvalds, dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan oleh Linux Foundation baru - baru ini, menekankan bahwa GNU General Public License (GPL) versi 2 masih lebih cocok untuk kernel Linux ketimbang versi 3 yang lebih baru.
“Saya akan memilih lisensi yang paling tepat dengan apa yang saya kerjakan. Dan untuk saat ini, versi 2 adalah yang paling cocok untuk apa yang saya pikir kami ingin lakukan lebih, lebih baik dari versi 3″, ungkap Torvalds.
Sebagai dasar, GPL 2 bertindak sebagai lisensi tunggal yang membawahi seluruh bagian besar dari source code kernel. Apabila versi 3 digunakan, maka Versi 3 akan membagi dasar ini menjadi 2 bagian. Sebagian mengikuti versi 2, dan yang lainnya mengikuti versi 3 atau yang lebih baru. Versi 3 akan berguna apabila seluruh kode eksternal yang kami rasa penting seluruhnya (menerima) dilisensikan dibawah versi 3, ujar Torvalds. Seperti diketahui, source code kernel tidaklah hanya ditulis oleh Linus Torvalds sendirian. Namun merupakan kontribusi dari para pengembang lainnya yang tersebar di seluruh dunia. Tentunya pemegang hak cipta atas kontribusi kode ini adalah masing masing kontributor.
Dia menambahkan, dia tidak dapat merubah lisensi yang ada seketika saja menurut kehendaknya. “Maksudku, karena aku telah menerima kode (untuk kernel ini) selama lebih dari 15 tahun dari orang - orang yang menerima pilihanku karena memilih lisensi versi 2. ”
Dalam wawancara tersebut, Linus juga ditanya mengapa pengembangan Linux banyak terpusat di Amerika Utara dan Eropa, padahal Linux kini telah menjangkau seluruh dunia. Torvalds menjawab, dengan mengatakan bahwa para developer cenderung berasal dari negara-negara yang memiliki akses internet padat. Meskipun China dan India memiliki banyak penduduk, namun mereka memiliki permasalahan pada akses Internet mereka. Bahasa dan budaya juga menjadi masalah. Contoh untuk kendala bahasa, meskipun di beberapa negara Asia memiliki pengguna internet yang besar, dan pendidikan yang baik, mereka tidak berkontribusi banyak pada pengembangan kernel dan proyek open source lainnya, ungkap Torvalds. Amerika Selatan, meskipun mungkin tidak berbicara bahasa Inggris, namun secara budaya mereka lebih dekat dengan Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini membuat perkembangan linux di daerah ini lebih mudah.
Torvalds juga menyebutkan pada awalnya, pengembangan kernel Linux merupakah sebuah hobi. Namun berbeda sejak 4 tahun terakhir ini yang telah menyita penuh waktunya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment